Definisi :
Akumulasi udara di dalam pleural cavity.
Klasifikasi :
1. Spontaneous Pneumothorax
a. Primary spontaneous pneumothorax : pneumothorax yang terjadi pada pasien tanpa primary lung disease.
o Insidensi :
- Sering terjadi pada young men antara 20-40 tahun
- Jarang muncul setelah usia 40 tahun
- Sebuah study di Olmsted Country, Minnesota antara tahun 1950 dan 1974 menyatakan “terdapat 141 kasus spontaneous pneumothorax (77 kasus diantaranya primary spontaneous dan 64 secondary spontaneous).
- Insidensi primary spontaneous pneumothorax sendiri sekitar : 7,4/100.00 orang per tahun untuk laki-laki, dan 1,2/100.000 orang per tahun untuk wanita.
- Range perbandingan antara laki-laki dan wanita adalah 6:1 sampai 3:1
- Merokok secara signifikan ↑ resiko spontaneous pneumothorax :
ü Penelitian terhadap 402 pasien dengan spontaneous pneumothorax dilaporkan 92% pasiennya adalah dan mantan perokok.
ü Suatu study menemukan bahwa merokok ↑ resiko primary spontaneous pneumothorax, namun resikonya tergantung dari berapa banyak rokok yang dihisap. Dilaporkan bahwa laki-laki yang merokok ½ pack per hari beresiko 20x lebih tinggi dari pada nonsmoker. Dan laki-laki yang merokok 1 pack per hari memiliki resiko 100x lebih tinggi disbanding laki-laki non smoker.
o Etiologi :
- Pembentukan blebs (dilihat dari CT scan).
Pembentukan subpleural blebs belum diketahui, walaupun hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan inflamasi airway. Merokok kemungkinan berkontribusi terhadap inflamasi airway. Walaupun demikian terdapat perbedaan pendapat diantara para ahli :
ü Tidak terdapat hubungan yang potensial antara pembentukan blebs dengan primary spontaneous pneumothorax.
ü Sebuah study yang dilakukan oleh Bense menyatakan “81% CT Scan pada dada pasien dengan primary spontaneous pneumothorax ditemukan blebs terutama di upper lobes.
- Keabnormalan connective tissue (Marfan’s syndrome)
- Inflamasi bronchioles
- Bronchial abnormalities
- Overdistension alveoli
- Genetic factor yang berhubungan dengan primary spontaneous pneumothorax antara lain : HLA halotype A2B40, α1-antitrypsin phenotypes type M1M2, dan mutasi gen FBNI.
b. Secondary spontaneous pneumothorax : pneumothorax yang terjadi sebagai komplikasi dari lung disease, seringkali disebabkan karena chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
Lebih serius dibanding primary spontaneous karena merupakan komplikasi dari lung disease sebelumnya dan dapat membahayakan jiwa.
o Insidensi :
- Study di Olmsted Country, Minnesota menunjukkan angka kajadian sekitar : 6,3/100.000 orang per tahun untuk laki-laki dan 2,0/100.000 orang per tahun untuk wanita.
- Rata-rata pasien secondary spontaneous pneumothorax usianya 10-20 tahun lebih muda dibanding pasien primary spontaneous pneumothorax.
- Resiko recurrent secondary pneumothorax lebih tinggi daripada primary spontaneous pneumothorax dan angka kejadiannya bervariasi antara 40-80% tergantung literature.
o Etiologi :
Multiple pulmonary disease sering dihubungkan dengan secondary spontaneous pneumothorax, tapi chronic obstructive pulmonary disease merupakan penyebab tersering.
Secondary spontaneous pneumothorax juga memiliki high risk of mortality dibanding dengan primary spontaneous pneumothorax. Penelitian yang dilakukan oleh VA Cooperative Study menyatakan bahwa pasien COPD memiliki resiko kematian sekitar 16%. Dan pada penelitian mereka selanjutnya ditemukan adanya peningkatan resiko kematian pasien COPD yang mengalami secondary pneumothorax yaitu sebesar 36%.
1. Traumatic Pneumothorax
Trauma merupakan penyebab tersering pada pneumothorax. Pasien yang mengalami multiple trauma atau trauma di bagian thorax mempunyai resiko terhadap pneumothorax.
Insidensi :
Antara 1950 dan 1974, terdapat 318 kasus pneumothorax si Olmsted Country, Minnesota dimana sekitar 177 kasus pneumothorax tersebut diakibatkan karena trauma, sedangkan sisanya 102 kasus merupakan iatrogenic.
Klasifikasi :
a. Non-iatrogenic pneumothorax (bukan karena tindakan medic)
Bisa berasal dari penetrating atau non-penetrating chest injury.
ü Penetrating chest injury : terkena benda tajam.
Penetrating chest trauma menyebabkan pneumothorax karena udara masuk ke pleura cavity secara langsung melalui chest wall. Jika visceral pleura dipenetrasi, udara kemungkina besar berasal tracheobronchial tree. Ketika chest wall terus menerus disrupted suatu open pneumthorax akan terjadi. Jika lubang pada chest wall lebih besar dibanding diameter trachea (1,2-1,5 pada dewasa) maka pergerakan udara melalui pathway tersebut menjadi less resistance dan udara diinspirasi ke dalam thoracic cavity melalui open chest wound.
ü Non-penetrating chest injury (blunt trauma)
Pneumothrax juga sering ditemukan pada pasien dengan trauma benda tumpul (blun trauma) di dada. Visceral pleura mungkin mengalami lacerasi atau luka sekunder akibat fracture ribs atau dislokasi. Udara pneumothorax kemungkinan berasal dari alveolus paru-paru.
b. Iatrogenic pneumothorax (karena tindakan medic)
Iatrogenic pneumthorax dapat terjadi sebagai suatu komplikasi dari multiple procedure, namun yang paling sering menjadi penyebab adalah thoracic needle aspiration. Insidensinya sekitar 20-40% kasus.
Central venous cathetherization juga memiliki high risk pneumothorax . insidensinya dilaporkan sebanyak 2-12% kasus. Thoracocentesis merupakan moderate risk terhadap pneumothorax dengan insidensi kejadiannya sekitar 5%, namun insidensinya meningkat pada pasien dengan COPD.
Iatrogenic pneumothorax mungkin muncul delayed, namun kebanyakan symptom muncul kurang dari 24 jam setelah procedure dilakukan.
sign and symptom
Symptom utama pneumothorax adalah chest pain dan dyspnea, dimana terjadi pada 95% pasien dengan pneumothorax.
o Pain biasanya acute, terlokalisir, dan secara typical pleuritic.
o Batuk
o Hemoptysis manifestasi yang jarang terjadi pada pneumothorax
o Orthopnea
o Horner’s syndrome
o Asimtomatik dan generalized malaise (persentasinya kecil).
o Vital sign : normal, kecuali respiratory rate yang meningkat.
o PE :
ü Tactile ↓
ü Vocal fremitus ↓ : getaran yang dirasakan tangan pada saat pasien berbicara, dimana diketahui dengan menggunakan palpasi dan auskultasi. Vocal fremitus ini dapat meningkat pada keadaan lung consolidation, dan menurun pada keadaan pneumothorax, pulmonary edema, bronchial obstructive, pleural effusion.
ü Hyperresonant percussion
ü ↓/- breath sound
o Secondary spontaneous sering diasosiasikan dengan respiratory distress, cyanosis, dan anxietas.
o Pasien tension pneumothorax seringkali disertai dengan cardiopulmonary collapse dan hemodynamic instability.
Differential diagnosis :
Differential diagnosis dari pneumothorax meliputi kondisi yang dihubungkan dengan acute pleuritic chest pain dan dyspnea. Meliputi :
§ Musculoskeletal disorder (costochondritis dan ribs fracture).
§ Pulmonary embolism
§ Infectious pneumonia
§ Emphysema
§ Myocardial infarct
§ Myocardial ischemia
Komplikasi :
· Tension pneumothorax
Muncul ketika tekanan intrapleura lebih besar dibandingkan dengan atmosfer, dimana hampir keseluruhannya terjadi saat expirasi. Sering terjadi karena traumatic pneumothorax.
Manifestasi klinik :
ü Severe dyspnea
ü Takikardia
ü Profuse diaphoresis
ü Sianosis
ü PE :
- Hipotensi
- Hipoksemia
- Distended neck vein (↑ JVP)
- Deviasi trakea ke sisi yang berlawanan dengan pneumothorax-nya.
- Subcutaneous emphysema
- Unilateral chest hyperinflation
ü Blood gas analysis : menandakan respiratory asidosis
ü Chest X-Ray : mediastinal shift to contralateral side of pneumothorax.
· Re-expansion pulmonary edema
Jarang terjadi namun dapat menyebabkan kematian (lethal condition). Onset dapat timbul dengan tiba-tiba dan symptom awal muncul kurang dari 1 jam, dan semua symptom dapat muncul dalam 24 jam. symptom juga biasanya progress selama 24-48 jam, jika pasien dapat survive dalam 24 jam pertama maka recovery biasanya complete.
Manifestasi klinik :
ü Severe persistent cough
ü Develope chest pain secara mendadak atau dalam 1 jam setelah melakukan chest tube thorachostomy.
ü Hypoxemia
ü Takipnea
ü Takikardia
ü Seringkali hipotensi
Treatment : mechanical ventilation dan terapi supportif.
· Bronchopleura fistula
Sering terjadi karena secondary spontaneous dan traumatic pneumothorax. Komplikasi ini muncul setelah diinisiasi oleh penanganan konservatif dengan tube thoracostomy drainage.
Prognosis :
Kematian dilaporkan dapat terjadi pada semua type pneumothorax. Terkadang kematian bisa disebabkan secara langsung oleh karena sulitnya mendiagnosis pneumothorax. Primary spontaneous pneumothorax yang diikuti treatment yang tepat memiliki prognosis yang baik. Secondary spontaneous pneumothorax lebih membahayakan jiwa.
Mortality dari iatrogenic pneumothorax tergantung pada penyebab pneumothorax. Prognosis buruk diasosiasikan dengan tension pneumothorax.
salam sehat....CMIIW... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar