Minggu, 11 Desember 2011

Diare Akut (terutama pada anak)

Penyebab : Parasit atau Bakteri


Manifestasi Klinik
Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah dan/atau lender, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asaam akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, selaput lendir, mulut dan bibis terlihat kering.




DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Selain itu, untuk mendapatkan pengobatan sebaik-baiknya kepada penderita diare, perlu dikerjakan hal-hal di bawah ini secara sistematis.

Anamnesis
Kepada penderita atau keluarga perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan penyakit antara lain:
-          Lamanya sakit diare (sudah berapa jam, hari?)
-          Frekuensinya (berapa kali sehari?)
-          Banyaknya/ volumenya (berapa banyak setiap defekasi)?
-          Warnanya (biasa, kuning berlendir, berdarah, seperti air cucian nasi, dsb)?
-          Baunya (amis, asam, busuk)?
-          Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir kencing, dsb)?
-          Ada tidaknya batuk, panas, pilek dan kejang sebelum, selama, dan setelah diare?
-          Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman yang diberikan sebelum, selama, dan setelah diare?
-          Penderita diare sekitar rumah?
-          Berat badan sebelum sakit (bila diketahui)


Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Dalam praktek sehari-hari, pemeriksaan laboratorium lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5-7 hari.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan, yaitu:
1.      Pemeriksaan tinja
a)      Makroskpik dan mikroskopik
b)      Biakan kuman
c)      Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
d)     pH dan kadar gula, jika diduga intoleransi laktosa
2.      Pemeriksaan darah
a)      Pemeriksaan darah lengkap
b)      Pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali (jika dengan pemberian RL i.v masih terdapat asidosis)
c)      Kadar ureum (untuk mengetahui adanya gangguan faal ginjal)
3.      Intubasi duodenal
Pada diare kronik untuk mengetahui kuman penyebab.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding diare akut perlu dibuat sehingga kita dapat memberikan pengobatan yang lebih baik. Pasien diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai demam/tinja berdarah dan diare akut yang tidak disertai demam/tinja berdarah.
a.       Diare Akut Disertai Demam dan Tinja Berdarah
Observasi umum:
Diare sebagai akibat mikroorganisme invasive, lokasi sering di daerah kolon, diarenya berdarah sering tapi jumlah volume sedikit, sering diawali diare air.
Patogen:
a)      Shigella spp (disentri basiller, shigellosis)
b)      E. coli (EHEC, EIEC)
c)      Campylobacter jejuni
d)      Salmonella spp, Aeromonas hydrophila, V. parahaemolyticus, Plesiomonas shigelloidesm
e)      Yersinia
            Diagnosis:
1)      Diferensiasi klinik sulit, terutama membedakan dengan penyakit usus inflamatorik idiopatik non infeksi,
2)      Banyak leukosit di tinja (pathogen invasive)
3)      Kultur tinja untuk Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia
4)      Darah tebal untuk malaria

a.       Diare Akut Tanpa Demam ataupun Tinja Berdarah
Observasi umum:
Patogen non-invasif (tinja air banyak, tidak ada leukosit di tinja), seringkali disertai nausea, kadang vomitus, lebih sering manifestasi dari diare turis (85% kasus), pada kasus kolera, tinja seperti cucian beras, sering kali disertai muntah.
Patogen:
a)      E. coli (ETEC), penyebab tersering dari diare turis
b)      Giardia lamblia
c)      Rotavirus, virus Norwalk
d)     Eksotoxin Preformed dari S. aureus, Bacillus cereus, Clostridium perifringens (Tipe A). Bakteri yang disebabkan oleh toksin dikarakterisitikkan dengan lama inkubasi yang pendek yaitu 6 jam.
e)      Penyebab lain: V. parahaemolyticus (ikan laut, shell fish yang tidak cukup didinginkan), V. cholera, bahan toksik pada makanan (logam berat misal preservativ kaleng, nitrit, pestisida, histamin pada ikan), jamur, kriptosporidium, Isosporan belli (biasa pada pasien HIV positif meskipun dapat terjadi juga pada manusia normal.
            Diagnosis:
1)      Tidak ada leukosit dalam tinja
2)      Kultur tinja (sangat rendah pada diare air)
3)      Tes untuk ETEC tidak biasa, tersedia pada pemeriksaan laboratorium rutin
4)      Pemeriksaan parasit untuk tinja segar, sering beberapa pemeriksaan ulangan dibutuhkan untuk mendeteksi Giardia lamblia.


KOMPLIKASI
Kebanyakan pasien diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.
1.      Hipernatremia
Sering terjadi pada bayi baru lahir sampai umur 1 tahun (khususnya bayi berumur < 6 bulan). Biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah dengan intake cairan/makanan kurang, atau cairan yang diminum mengandung terlalu banyak Na. Pada bayi juga dapat terjadi jika setelah diare sembuh diberi oralit dalam jumlah berlebihan.
Pengobatan: dapat diobati dengan pemberian oralit, atasi kejang sebaik-baiknya.
2.      Hiponatremia
Dapat terjadi pada penderita diare yang minum cairan yang sedikit/tidak mengandung Na. Penderita gizi buruk mempunyai kecenderungan mengalami hiponatremia.
Pengobatan: beri oralit dalam jumlah yang cukup.
3.      Demam
Demam sering terjadi pada infeksi Shigella disentriae dan Rotavirus. Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Deman juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi umumnya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin diiukuti dengan kejang demam.
Pengobatan: Kompres dan/atau antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.
4.      Edema/ overhidrasi
Terjadi jika penderita mendapat cairan terlalu banyak.
Tanda/gejala : edema kelopak mata. Kejang-kejang jika terjadi edema otak. Edema paru-paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberikan larutan garam faali.
Pengobatan: Pemberian cairan intravena dan/atau oral dihentikan, dan diberikan kortikosteroid jika terdapat kejang
5.      Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang diatandai dengan pernapasan yang dalam dan cepat (kuszmaull).
Pemberian oralit yang cukup mengandung bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis.
6.      Hipokalemia(serum K< 3,0 mMol/L)
Jika pergantian K selama dehidrasi tidak cukup, akan terjadi kekurangan K yang ditandai dengan kelemahan pada tungkai, ileus, kerusakan ginjal, dan aritmia jantung.
Kekurangan K dapat diperbaiki dengan pemberian oralit (mengandung 20 mMol K/L) dan dengan meneruskan pemebrian makanan yang banyak mengandung K selama dan sesudah diare.
7.      Ileus paralitikus
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai akibat penggunaan obat antimotilitas.
Tanda/gejala: perut gempung, muntah, peristaltic usus berkurang atau tidak ada.
Pengobatan: Cairan per oralit dihentikan, beri cairan parenteral yang mengandung banyak K.
8.      Kejang
a.       Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita dalam keadaan koma, glukosa 20% harus diberikan i.v, dengan dosis 2,5 mg/kg BB, diberikan dalam waktu  5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia, dengan pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
b.      Kejang demam
c.       Hipernatremia dan hiponatremia
d.      Penyakit pada susunan syaraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare seperti meningitis, ensefalitis atau epilepsi
9.      Malabsorpsi dan Intoleransi laktosa
Pada penerita malabsorpsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama diare dapat menyebabkan:
·         Volume tinja bertambah
·         Berat badan tidak bertambah
·         Dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak
Tindakan:
a.       Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan menghindari efek “bolus”
b.      Mengencerkan susu jadi ½ - 1/3 selama 24-48 jam. Untuk mengatasi kekurangan gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat, perlu diberikan.
c.       Pemberian ‘yoghurt’ atau susu yang telah fermentasi untuk mengurangi laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.
d.      Berikan susu formula yang tidak mengandung/ rendah laktosa, atau diganti dengan susu kedelai
10.  Malabsorpsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau penderita dengan gizi buruk.
Tindakan: pemberian oralit dihentikan. Berikan cairan intravena.
11.  Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis karena infeksi, ileus yang menyebabkan gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.
Tindakan: Berikan oralit sedikit-sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit). Antiemetik sebaiknya tidak diberikan karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.
12.  Gagal Ginjal Akut (GGA)
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dengan syok.
Didiagnosis GGA bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.
Tindakan : sama dengan GGA yang disebabkan oleh penyakit lain.














CMIIW :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar