Sabtu, 10 Desember 2011

Ma'rifatullah (1)

K.H. Abdullah Gymnastiar
Semoga Allah SWT, yang menguasai setiap mili, setiap senti bahkan sekecil apa pun yang ada di alam ini, menjadikan apa yang sedang kita baca ini sebagai saksi perbuatan baik kita di akhirat kelak. Tidaklah Allah SWT mempertemukan kita seperti ini kecuali pasti sarat dengan hikmah dan makna.



Sahabat, satu hal yang paling berharga dalam hidup ini adalah ketika kita mengenal Allah SWT. Dalam sebuah hadist Qudsi, Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam, Aku telah ciptakan kamu, maka kamu jangan bermain-main, dan Aku jamin rezekimu, maka kamu jangan merasa capai. Wahai anak Adam, carilah Aku, maka engkau akan menemui-Ku. Dan jika engkau menemukan Aku, engkau akan dapat sesuatu sedang Aku mencintaimu, lebih dari segalanya."

Subhanallah!

Sesungguhnya, Allah adalah sangat dekat. Bahkan lebih dekat daripada urat leher kita sendiri. Namun, tabir hati kita terlalu banyak penghalang hingga kedekatan dengan Allah SWT yang menciptakan diri ini menjadi tidak terasa. Sungguh berbahagia orang yang kedekatan dengan Allahnya sudah jauh. Berarti dia sudah dekat sekali dengan Allah. Yang bahaya adalah orang yang kejauhan dengan Allahnya sudah dekat. Berarti dia telah sangat jauh dengan Allah. Alangkah ruginya!

Orang yang mengenal Allah sungguh beruntung sebab dia akan:

1. Mengalami Perubahan yang Dahsyat
Andai kita memperhatikan sebuah bangunan, sehebat apapun, maka mudah saja membuatnya. Syaratnya tinggal ada arsitek, ada uang, dan ada pekerja, maka jadilah bangunan itu. Tetapi, membangun manusia itu sungguh tidak gampang. Betapa banyak bangunan yang indah tetapi manusianya rusak. Banyak yang makmur secara duniawi tetapi pribadinya hancur. Maka kekuatan untuk bisa maju, mulia, bermartabat dan cepat hanya bisa dengan keyakinan kepada Allah SWT.

Kekuatan keyakinan itu begitu dahsyat mengubah apapun bukan dengan bilangan tahun, tetapi bisa dengan bilangan bulan, minggu, hari, bahkan detik. Jadi, jika menginginkan perubahan yang drastis dan dramatis, maka tidak bisa dilakukan dengan tekanan uang, tidak bisa dengan ancaman dan paksaan, tetapi dengan kekuatan keyakinan kepada Allahlah semuanya bisa berubah!

Umar bin Khathab, semoga Allah meridhainya, yang sebelumnya begitu pemarah, berpribadi keras sampai-sampai anaknya sendiri dikubur hidup-hidup. Namun, ketika mendapat iman, segalanya berubah! Dia jadi begitu bermurah hati, penyantun, dan sangat peka terhadap derita yang dialami oleh orang lain.

Jazirah Arab, yang semula tidak dikenal, sebuah dusun sederhana dengan
segala keterbatasannya, setelah diterangi cahaya iman, maka berubah menjadi bangsa yang sangat disegani, menjadi pilar peradaban dunia. Maka dengan keimanan inilah kita bisa berharap terjadi perubahan yang hakiki pada diri kita.

Yang semula pemalas berubah menjadi sarat semangat berkarya. Yang tadinya minder, berubah menjadi penuh percaya diri. Seorang isteri yang tadinya kasar dan senang awut-awutan, setelah sadar tentang mulianya di sisi Allah kedudukan seorang wanita yang dapat menyenangkan pendangan dan menjadi menyejukkan hati suaminya, bisa berubah menjadi selalu bersih, rapi serta lebih sabar dan lembut dalam berkata-kata. Seorang anak yang semula gemar membentak-bentak, amat suka membanting pintu andai keinginannya tak dituruti, dapat seketika berubah menjadi amat santun dan berbakti, lantaran dia sadar Allah sangat menyukai anak yang berbuat baik dan penuh kasih sayang kepada orang tuanya.

2. Menjadi Orang yang Merdeka
Selama ini mungkin kita sering dongkol apabila orang yang kita bantu tidak tidak mengucapkan terima kasih. Malah ia pergi nyelonong serasa tak pernah ditolong. Bisa jadi kita sering sebal dengan orang yang tak membalas pemberian-pemberian kita. Padahal inginnya kita, mengirim tape dapat balasan kue. Menghadiahi buku dapat balasan uang saku. Boleh jadi kita pun sering kecewa apabila ternyata kerja keras yang kita lakukan tak berbuah pujian dari seorang pun. Cape-cape menyapu, ibu tak kunjung menyanjung. Susah-susah menjaga rumah bos, kalau bertemu bos tetap saja melengos.

Sebetulnya semuanya adalah wajar. Namun, betapa kita menjadi cape apabila banyak berharap kepada mahluk. Kita menjadi begitu diperbudak oleh penilaian mahluk. Lelah sekali jadinya hidup kita. Sebaliknya, ketika kita telah mengenal Allah, maka kita akan menjadi orang yang merdeka. Dipuji tak dipuji kita tetap giat berbakti. Diberi balasan atau tidak, kita tetap senang berbuat baik. Diawasi atau tidak, kita tetap bekerja dengan tertib dan melakukan yang optimal.

Memang, makin tahu siapa Allah, makin kecil itu mahluk Allah. Makin mengerti penghargaan dari Allah, makin tidak berarti penghargaan mahluk. Makin percaya sempurnanya balasan Allah, makin tak ada harganya balasan dari mahluk. Makin yakin makna detailnya penglihatan Allah, maka makin tidak penting pengawasan mahluk.

Siapa pun yang mengenal Allah tidak akan pernah kecewa dengan perbuatan Allah. Sebab ia yakin semuanya telah terukur. Maka semua puncak kebahagiaan, ketenangan, seluruhnya berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kita kepada Allah. Kita akan tenang sebab, Hal Jaza'ul ihsan illal ihsan, "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." Itulah janji Allah dalam Surah Ar-Rahman ayat 60.

3.Tidak akan merasa sepi
Dalam delapan ayat pada Al-Quran surah Al-Syu'ara, diceritakan bahwa Ibrahim berkata, "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) dan yang amat kuinginkan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat."

Maka kita tidak akan pernah merasa sepi. Sebab ada Allah SWT, yang Maha memperhatikan kita, memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita, mengabulkan doa-doa dan menjaga diri kita. Siang malam, baik dalam
keadaan sepi maupun ramai. Sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah dalam ayat kursi. "Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus mahluk-Nya."

Jika keyakinan ini sudah tertanam, maka sungguh beruntung. Seorang pemuda yang tadinya penakut, yang ke kamar mandi saja harus diantar oleh kakak dan adik-adiknya, bisa menjadi sangat pemberani. Melintasi hutan tengah malam sendirian untuk berjuang, tak ada masalah baginya. Sebab mengapa mesti takut? Bukankah Allah akan selalu bersamanya? Kenapa harus gentar? Bukankah manusia, Jin, dan Setan seluruhnya ada dalam genggaman Allah? Bukankah pepohonan dan binatang-binatang bahkan sampai bebatuan, semuanya sedang bertasbih memuji Allah? Bagaimana bisa semua itu akan dapat mencelakakan kita, jika Allah sudah melindungi hamba-Nya? ***


4. Menjadi Optimis
Banyak di antara kita yang merasa kecil hati dalam menghadapi hidup. Hari esok dihadapi dengan bermuram durja. Kusut sekali pikirannya memikirkan apa yang akan dimakan besok, dimana harus tinggal menetap? Padahal andai sudah bulat keyakinannya kepada Allah, maka semua kecemasan itu tak akan terjadi.

Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS Al-Thaliq [65]:3)

Lihatlah anjing, adakah ia pernah keluar pada pagi hari dengan membawa misting? Tempat minum? Ataukah keranjang makanan? Begitu sederhana ia melenggang. Namun, toh ia dapat makan juga. Begitu pula burung ke luar dari sarangnya tanpa membawa apa-apa, namun di sore hari ia pulang dengan keadaan kenyang. Itu semua sebab setiap mahluk memang telah ada bagian rezekinya.

Yang menjadi masalah adalah sudahkah kita yakin bahwa Allah menjamin rezeki kita? Apabila sudah yakin, maka bergeraklah menjemputnya. Optimalkan doa-doa kita, kemampuan berpikir serta tentusaja kemampuan fisik kita. Sebagaimana cecak, yang terus bergerak di sepanjang langit-langit kamar, hingga Allah pun mendatangkan nyamuk, yang akan menjadi santapan lezat baginya.


5. Memiliki Akhlak yang Baik
Seseorang yang yakin akan adanya Allah, maka ia akan sangat berhati-hati. Jangankan berbuat jahat, berniat kurang baik saja sangat dijauhinya. Jangankan korupsi besar-besaran, mengambil uang seratus rupiah milik teman saja ia tak akan berani. Jangankan melakukan pembantaian, bahkan untuk berprasangka jelek pun akan menjaga diri sekali.

Alangkah tenteramnya orang yang berada di samping orang yang berhati bersih. Kejernihan hati yang berasal dari keyakinan bahwa Allah mengawasi segala gerak-geriknya, mengetahui segenap lintasan hatinya. Mau tidak mau, keadaan seperti ini akan membuat hidupnya damai. Sekalipun ia tinggal di indekosan yang sempit, dunia akan terasa luas baginya. Sebab banyak tempat yang
merindukan kehadirannya.

Sekalipun penghasilannya terbatas, rejekinya menjadi luas tak terbatas. Sebab hamba-hamba Allah yang lain amat senang berbagi rezeki dengannya. Sekalipun tidak banyak tempat wisata yang dikunjunginya, sehari-hari matanya senantiasa bertabur keindahan. Sebab bagi orang yang sudah mengenal Allah, semuanya akan terasa mengesankan. Melihat wajah yang pas-pasan, ia tak merendahkan. Melihat wajah yang cantik, ia tidak iri, Bertemu orang yang ilmunya terbatas, ia tidak menjauhi apalagi dongkol. Sedangkan apabila bertemu dengan orang yang cerdas ia akan senang sebab merasa akan bertambah ilmunya melalui orang itu.

Sungguh bahagianya, hidup yang bertebaran kasih sayang orang-orang di sekeliling. Sungguh sahabat, orang yang dicintai oleh Allah, Allah akan memberi tahu Jibril bahwa Allah mencintai orang itu. Kemudian Jibril akan memberitahukan kepada penghuni langit dan bumi bahwa itulah orang yang dicintai oleh Allah. Maka segenap penghuni langit dan bumi pun akan mencintainya, bahkan ikan-ikan yang ada di lautan. Alangkah beruntungnya!

Lalu bagaimanakah caranya agar kita dapat mengenal Allah? Berdasarkan keterangan dari Al-quran maka Allah membimbing kita untuk mengenal-Nya, di antaranya melalui: Pertama, memohon kepada Allah.

Suatu ketika seorang Non Muslim datang ke rumah saya. Kami berbicara tentang beberapa hal. Saya tidak mengajak berbantahan. Meskipun ia banyak bertanya. Ketika ia pulang saya hanya berpesan, "Saudara mohonlah kepada Allah... agar Allah membimbing Saudara untuk dapat menemukannya... insya Allah, Allah akan membimbing Saudara."

Memang demikianlah, kita harus memohon agar Allah berkenan menjadikan kita mengenalnya dengan sebenar-benarnya. Sebagaimana Nabi Ibrahim, semula dia menyangka bintanglah Tuhannya, kemudian dia berpaling, sebab bintang itu tenggelam. Ketika datang bulan, Ibrahim menganggap inilah Tuhannya, tapi ia berpaling kembali, sebabbulan pun tenggelam. Ketika ada matahari, dia menyangka, inilah Tuhannya. Dia berpaling jua, karena matahari pun terbenam. Akhirnya dia mengenal Allah. Dia menunaikan syariat-syariatnya, bahkan menjadi kekasih kecintaan Allah SWT sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur'an Surah AL-Zumar ayat ke - 46, Katakanlah, "Ya Allah, pencipta langit dan bumi, yang Mengetahuiyang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya."

Kedua, jangan sombong. Dalam Al-Qur'an terdapat bukti yang menunjukkan betapa Allah sayang kepada manusia, mahluk yang diamanahinya untuk mengelola bumi. Bahkan kepada Fir'aun yang jelas-jelas berbuat sangat jelek, Allah masih memberinya kesempatan untuk mendapatkan rahmat-Nya.

"Sudahkah sampai kepadamu (Ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci, yaitu lembah Thuwa: "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (Kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu supaya takut kepada-Nya?"

Namun, ternyata Fir'aun tetap sesat. Tidak lain itu disebabkan kesombongannya sendiri. Memang kesombongan adalah dosa yang amat besar. Tidaklah iblis diusir dari surga melainkan sebab kesombongannya belaka. Ia menyembah Allah, namun ia menolak menghormati Adam. Sebab menurutnya, ia lebih mulia daripada Adam, yang, Allah ciptakan dari tanah, padahal iblis sendiri Allah ciptkan dari api. Sungguh Allah sangat tidak menyukai kesombongan. Sampai-sampai Rasulullah Muhammad SAW Berpesan kepada kita sebagai umatnya, "Sesungguhnya tidak akan masuk surga orang yang ada dalam hatinya kesombongan barang sebesar zarahpun."

Kesombongan bukanlah ketika kita senangmemakai pakaian yang bagus ataupun tatkala kita suka mengenakan sepatu yang bagus ataupun tatkala kita suka mengenakan sepatu yang indah. Namun, kesombongan adalah ketika kita meremehkan orang lain, dan tatkala kita menolak kebenaran. Maka hati-hatilah ketika kita merasa diri lebih baik, lebih mulia dari orang lain, waspadalah tatkala kita tak suka lagi mendengar nasihat.

Ketiga, Gemar mencari ilmu. Sahabat, sesungguhnya dengan ilmulah hidup kita akan menjadi tenang. Menjadi jelas arah yan mesti dituju. Andai kita dapati saat ini negeri kita demikian repotnya, boleh jadi sebab ilmu tentang mengelola negara yang kita miliki masih terbatas sekali. Masalah yang sebetulnya bisa disederhanakan, menjadi rumit dan berlarut-larut. Repot
sekali jadinya.

Maka demikianlah, untuk mengenal Allah pun jelas kita butuh ilmu. Sehingga menjadi suatu keharusan bagi kita untuk mau meluangkan waktu buat mencari ilmu mengenal Allah ini. Bisa dengan membaca buku-buku, mendengarkan ceramah-ceramah, bertanya jawab ataupun dengan cara lainnya. Allah SWT Telah berfirman dalam Al-Quran, agar bertanyalah kepada orang yang berpengetahuan, jika kamu tidak mengetahui. Maka mulailah meluangkan waktu untuk mencari tahu. Mempelajari apa yang Allah sukai dan apa yang Allah benci.

Apabila kita menyatakan bahwa pekerjaan sehari-hari begitu menyita waktu hingga tak sempat lagi mencari ilmu, maka cobalah renungkan, Tatkala kita ingin buang air besar adakah kita pernah mengatakan, "Aduh... saya sibuk nih. Biar minggunanti sajalah ke kamar mandinya!" Tidak, bukan? Kita secepat kilat pasti akan pergi ke kamar mandi. Tak peduli apakah sedang rapat ataupun ikut seminar. Tak peduli bos ataupun pejabat jenis apa pun yang kita hadapi. Maka ketika kita sudah sadar bahwa mengenal Allah ini penting, kita pun harus mau menjadwalkan waktu untuk mencari dan mempelajarinya penuh kesungguhan.

Keempat, amalkan ilmu. Sesungguhnya ilmu itu adalah untuk diamalkan. Rasullullah Muhammad SAW berlindung kepada Allah dari ilmu yang tak bermanfaat. Maka sahabat, ketika kita mengetahui suatu ilmu yang benar, maka segeralah amalkan. Ketika kita tahu Allah senang pada orang yang bersedekah di dalamnya. Ketika kita tahu Allah amat sayang pada orang yang gemar membaca Al-Quran, jadikanlah Al-Quran sebagai bacaan yangakrab dengan keseharian kita.

Ketika kita tahu Allah tidak senang pada manusia yang zalim, berhati-hatilah dari menyakiti orang lain, baik dengan perkataan ataupun perbuatan kita. Sungguh, barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dia dapatkan, Allah akan mewarisinya ilmu yang lain. Tak mengapa saat ini ilmu kita sederhana. Namun, apabila kita gigih mengamalkan ilmu yang ada, Allahlah yang akan terus menerus menambahinya.

Sehingga, sahabat, sekalipun isi tulisan ini sederhana sekali, apabila kita dapat merenungkan apa yang ada di dalamnya, dan mengamalkan apa yang benar darinya, maka Allah berkenan menganugrahi kita ilmu yang lain, dari referensi yang lebih lengkap sehingga menjadi semakin sempurna pengenalan kita kepada-Nya.

Untuk menutup uraian ini kita renungkan firman Allah SWT dalam seluruh ayat pada Al-Quran surah Al-Ikhlas, "Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan dia tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia." ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar