Kamis, 15 Desember 2011

Angina Pektoris Stabil

Definisi
Angina adalah nyeri dada yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke jantung. Nyeri pada umumnya terjadi perlahan-lahan dan bertambah buruk setiap menitnya sebelum pada akhirnya menghilang. Angina pektoris stabil adalah angina yang terjadi di kala aktivitas dan membaik dengan obat-obatan atau istirahat. Episode gejala klinis yang terjadi tergantung dari iskemia miokardium akut. Laki-laki yang mengalami gejala ini berkisar 70% dari semua pasien dengan angina pektoris dan bahkan lebih besar pada mereka dengan usia < 50 tahun.


Gejala dan tanda
Tipikal pasien dengan angina adalah laki-laki  berusia > 50 tahun atau wanita dengan usia > 60 tahun yang mengeluhkan nyeri dada yang digambarkan seperti tertimpa benda berat, ditekan, atau diremas. Nyeri berlangsung 2-5 menit, crescendo-decrescendo, dan dapat menjalar ke bahu kiri dan kedua lengan terutama pada permukaan tangan dan lengan bawah. Nyeri juga dapat menembus ke punggung, regio interskapula, dasar dari leher, rahang, gigi, dan ulu hati. Angina jarang terlokalisasi di bawah umbilikus (pusar) atau di atas mandibula (rahang bawah). Episode angina umumnya dipicu oleh latihan (olahraga, aktivitas fisik, aktivitas seksual), emosi (stres, marah, ketakutan, frustrasi), dan menghilang dengan istirahat atau kombinasi dari istirahat dan nitrogliserin sublingual.

Ambang batas untuk terjadinya angina bervariasi pada setiap individu. Terkadang nyeri hanya disebabkan oleh aktivitas fisik, contohnya berlari selama 15 menit, pada seseorang, terkadang nyeri bertambah hebat baik intensitas maupun durasinya pada aktivitas fisik yang sama. Bagaimanapun juga angina pektoris dapat bergejala pada nyeri dada atipikal dan lokasinya tidak selalu berkaitan dengan faktor pencetus. Gejala tersebut dapat timbul dan hilang dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Gejala sesak napas, mudah lelah, dan pingsan adalah gejala angina yang umum ditemukan pada orang lanjut usia dan penderita diabetes melitus.
Pasien dengan gejala angina sebaiknya dibedakan dengan mereka yang mengalami penyakit perifer arteri, stroke, atau Transient Ishemic Attack (TIA). Faktor risiko angina adalah riwayat keluarga dengan panyakit jantung iskemik ( < 45 tahun pada pria dan < 55 tahun pada wanita), terdapat penyakit penyerta seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, hipertensi, riwayat merokok. Pada pasien dengan nyeri dada atipikal (tidak khas), keberadaaan usia lanjut, jenis kelamin pria, wanita postmenopause, dan faktor risiko aterosklerosis meningkatkan kemungkinan penyakit jantung koroner.


Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium baik darah maupun air seni dapat membantu mengarahkan diagnosis penyakit jantung iskemik. Pemeriksaan roentgen dada, elektrokardiogram atau EKG (alat rekam listrik jantung), ekokardiografi atau radionuklida angiografi, serta arteriografi koroner dapat digunakan sesuai indikasi untuk membantu menentukan penyakit ini. Tes stres seperti treadmil dapat memberikan gambaran kelainan EKG pada pasien dengan gejala angina.

Terapi
Penatalaksanaan masing-masing individu disesuaikan dengan tujuan akhir terapi, kontrol gejala, dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi seperti infark miokardium (kematian sel-sel jantung) dan kematian. Terapi medikamentosa yang sering digunakan adalah obat golongan nitrat, ß-blocker, antagonis kalsium, dan antiplatelet seperti aspirin. Selain terapi obat-obatan, terdapat juga terapi revaskularisasi yaitu terapi intervensi berupa Percutaneus Coronary Intervention (PCI) dan  Coronary Artery Bypass Grafting (CABG). Terapi intervensi umumnya digunakan pada angina yang tidak memberikan hasil adekuat dengan pengobatan medikamentosa. Terapi intervensi ini dapat memberikan hasil yang lebih baik.

salam sehat....CMIIW :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar