Sabtu, 10 Desember 2011

MENUJU KELUARGA SAKINAH

          Semoga Allah Yang Maha Menguasai kehidupan setelah mati mengaruniakan segenap cinta-Nya kepada kita semua, sehingga kita menjadi golongan orang-orang yang mendapat tuntunan Ilmu-Nya dan keberuntungan sebab buah cinta-Nya tersebut. Sungguh, kita semua akan termasuk golongan orang-orang yang merugi, apabila tidak mendapatkan tuntunan Ilmu dan cinta-Nya itu, sehingga keberuntungan sebesar apapun yang kita harapkan nampaknya mustahil akan dapat kita raih.



          Negara yang tidak mampu memberdayakan seluruh potensi kebaikan yang dimiliki masyarakatnya untuk mendapatkan tuntunan Ilmu Allah, jangan pernah berharap untuk dapat meraih keberhasilan. Untuk itu, satu-satunya jalan untuk meraih keberuntungan atau keberhasilan adalah dengan memberdayakan potensi kebaikan yang dimiliki masyarakatnya. Bukankah negara akan tegak berdiri dan dihargai negara-negara lain karena nilai yang terkandung di masyarakatnya?, dan disadari atau tidak, nilai kebaikan masyarakat hanya akan tumbuh jika saja elemen terkecil dari masyarakat itu yakni keluarga, terbina dengan baik sesuai dengan syari'at Allah. Oleh karena itu, salah satu yang harus dilakukan oleh negara terhadap masyarakatnya adalah memfasilitasi setiap keluarga untuk menjadi keluarga yang terbina dengan baik melalui tuntunan Ilmu Allah, sehingga nilai kebarakahan dapat tumbuh di setiap keluarga. Rumah tangga yang penuh barakah akan membangun citra negara yang barakah pula.

          Keluarga merupakan institusi miniatur sebuah organisasi besar layaknya sebuah negara. Pada institusi ini terdapat pemimpin dan yang dipimpin, yang masing-masing diperankan oleh ayah dan anggota keluarga lainnya. Keberhasilan sebuah keluarga membangun citra sebagai keluarga yang sakinah akan sangat ditentukan oleh peran pemimpin yang dimainkan oleh sang ayah. Jika ayah memainkan peran ini dengan buruk, maka jangan pernah berharap citra keluarga sakinah akan dapat terwujud. Mungkin yang terjadi adalah keluarga yang tidak terkendali, istri yang tidak menyenangkan dan yang lahir dari mereka adalah anak-anak yang tidak berbakti terhadap orang tuanya dan menjadi bagian dari bertambahnya generasi-generasi yang tidak adil dan menjadi perusak nilai bangsa dan agama. Untuk itu, dalam memimpin keluarga, seorang ayah dituntut untuk memiliki ilmu tentang keluarga. Dengan ilmu tersebut, seorang ayah tidak akan menjadi ancaman bagi anggota keluarganya. Dengan ilmu juga, seorang ayah akan mampu mengendalikan kendaraan keluarga dengan baik menuju tujuan yang dicita-citakan, sakinah, maawaddah dan rahmah.

          Seorang ayah dituntut untuk menyadari peran dan posisi serta tugasnya sebagai seorang pemimpin dalam keluarga. Di samping itu, ia juga dituntut untuk menyadari bahwa kepemimpinannya dalam keluarga akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. di akhirat kelak. Berkaitan dengan hal itu, Abu Hurairah ra. pernah meriwayatkan sebuah hadits Rasulullah Saw.: "Setiap diri kamu adalah pemimpin dan masing-masing akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya…" (HR. Bukhari dan Muslim). Untuk itu, seorang ayah harus senantiasa meminta pertolongan Allah Swt. agar diberikan bimbingan dan tuntunan-Nya, juga agar tugas berat yang ditanggungnya terasa ringan dan sampai pada tujuan, sehingga ia juga dapat mempertanggungjawabkan kepemimpinannya kelak Salah satu do'a yang dapat dipanjatkan kepada Allah Swt. dan dapat menjadi pegangan seorang ayah dalam membangun keluarga adalah do'a yang termaktub dalam Al-Quran surat al-Furqan ayat 74: "Ya Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami pasangan dan keturunan yang menjadi cahaya mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang memelihara diri dari kejahatan (muttaqin)". Bukankah do'a orang tua terhadap keluarga (anak-anaknya) merupakan do'a yang tiada terhalang oleh sesuatu apapun untuk dikabulkan Allah Swt. di samping do'anya orang yang terdzalimi dan musafir yang melakukan perjalanan untuk Allah?. Oleh karena itu, seorang ayah yang berdo'a dengan ikhlas, antara do'anya dengan Allah Swt. sungguh tiada hijab sehingga insya Allah terkabul.

          Dengan ilmu, seorang ayah akan mampu membimbing setiap anggota keluarganya untuk sama-sama memahami tugas dan fungsinya masing-masing di dalam keluarga. Seorang istri, melalui ilmu suaminya akan memilih bersikap proporsional layaknya sikap seorang istri yang dituntut untuk dapat berbakti kepada suaminya. Ia juga akan menjadi tempat berlabuhnya kapal-kapal masalah yang begitu banyak dihadapi oleh suaminya. Ia tidak akan melakukan hal-hal yang malah kontra produktif dengan tujuan keluarga, seperti berbuat dengan sikap yang membuat suami dan anak-anaknya tidak lagi merasa betah tinggal di rumah. Jika sudah demikian, yang terjadi dalam keluarga adalah sinerginya dua kekuatan untuk saling melengkapi guna satu tujuan, membangun citra keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Sinerginya dua kekuatan tersebut akan terlihat dari sikap akhlaq mereka dalam kehidupan keluarganya sehari-hari. Dan akhlaq yang lahir dari ilmu inilah yang akan mewujudkan tujuan keluarga tersebut.

          Akhlaq baik yang dilakukan sepasang suami istri kelak akan membawa kebahagiaan mereka dalam mengarungi sebuah keluarga, karena mereka akan melihat anak-anak yang mereka lahirkan memiliki akhlaq seperti layaknya akhlaq mereka. Hal ini disebabkan karena mereka telah mampu menjadi panutan bagi anak-anaknya. Mereka akan menjumpai anak-anak mereka seperti yang mereka harapkan dalam do'anya, menjadi anak-anak yang berbakti terhadap orang tuanya, anak-anak yang menyejukan pandangan mata dan anak-anak yang akan menjadi bagian dari orang-orang yang mampu menjaga diri (muttaqin).

          Hal-hal tersebut di atas menjelaskan, bahwa satu-satunya kunci keberhasilan dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah sebagai tujuan yang ingin dicapai setiap keluarga adalah ilmu. Ilmu merupakan syarat mutlak siapapun yang bermaksud membangun keharmonisan keluarga. Jangan pernah mendambakan nikmatnya hidup berkeluarga seandainya ilmu yang menjadi syarat mutlak tersebut tidak dimiliki. Untuk itu, mari kita sama-sama berharap kepada Allah Swt. agar Ia senantiasa mengkaruniakan kita sebaik-baiknya ilmu, sehingga kita mendapat bimbingan dan tuntunan-Nya menuju cita-cita yang diharapkan, terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah, insya Allah.***



(Sumber : Jurnal MQ Vol. 1/No.9/Januari 2002)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar