HAJI MABRUR
PENGGERAK MORAL BANGSA
Bismillahirrahmaanirrahiim
Perjalanan haji seharusnya dilaksanakan dengan sangat serius, karena bila ibadah haji ini dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka haji mabrur insya allah akan menjadi pilar yang besar bagi bangsa ini. Tidak sedikit orang yang labelnya islam tetapi tidak bisa menjadi suri tauladan yang baik, maka sudah selayaknya kita persiapkan program haji untuk serius memperbaiki bangsa.
Bayangkan, setiap tahun duaratus ribu orang yang naik haji, ini jumlah yang banyak sekali. Mulai mentri, gubernur, sampai rakyat jelata, mulai dari Sabang sampai Merauke, dari pedesaan sampai perkotaan ada yang sarjana dan ada pula yang tidak bersekolah dan sebagian besar dari mereka membayar sendiri. Ini merupakan satu kursus yang hebat, dan lebih luar biasa lagi karena mereka berniat untuk melaksanakan ibadah haji.
Seharusnya kita serius mempersiapkan agar yang ikut ibadah haji setelah pulang dari ibadah haji dapat menjadi motor bagai kebaikan bangsa ini. Kalau tidak mau memperbaiki diri jangan dulu berangkat haji karena pulangnya akan menjadi seorang haji yang memalukan. Sudah haji tetapi masih sering maksiat , ini membuat aib bagi korps haji. Bayangkan bila setiap tahun diberangkat 200.000 orang, jika satu orang saja dapat merubah sepuluh orang menjadi baik, maka dua juta orang yang akan berubah .
Haji yang mabrur itu jangan dilihat pada waktu melaksanakan Umrah, Sa'i, Thawaf dan ritual yang lainnya saja tetapi lihatlah apakah ada perbaikan akhlak sesudah melaksanakan haji. Akhlak adalah respon kita terhadap sebuah kejadian ketika mendapatkan sesuatu yang disukai atau tidak disukai.
Rahasia yang pertama kita membuang semua atribut dan topeng serta status yang kita miliki. Dan menggantinya dengan kain ihram. Akhlak itu pilar utamanya adalah berani jujur pada diri sendiri. Kalau tidak mau jujur pada diri sendiri, bagaimana kita bisa jujur pada orang lain? Orang yang merasa hebat dengan kedudukan dan jabatan tapi tidak jujur pada diri sendiri, maka ke atas dia kerjanya menjilat, ke samping dia menyikut, ke bawah memeras.
Di Indonesia ini yang sholat banyak, yang shaum banyak yang haji banyak tetapi yang jarang itu adalah yang jujur. Jangan dulu memikirkaan kejujuran orang lain tapi pikirkanlah bagaimana kita bisa belajar untuk berlaku jujur dan dapat dipercaya oleh orang lain. Nabi Muhammad terlahir sebagi anak yatim, usia lima tahun menjadi yatim piatu, usia delapan tahun mulai mengembalakan kambing, tapi usia dua puluh tahun sudah menjadi seorang yang profesional yang sukses.
Beliau sebelumnya tidak pernah punya harta, hanya memiliki kejujuran, orang-orang menyukai beliau karena setiap berjanji selalu ditepati, amanah yang dipikul selalu dipertanggungjawabkan, tidak pernah ada dusta sehingga orang menggelarinya dengan al-amin (yang dapat dipercaya). Jangan pernah berbicara kecuali yang benar, jangan pernah berbohong karena berbohong itu merupakan suatu bencana dan penjara.
Sekali kita berbohong akan terpenjara oleh kebohongan kita sendiri. Lawan dari kebohongan adalah munafik yang cirinya adalah kalau bicara dusta, kalau benjanji tidak ditepati, kalau diberi amanat dia berkhianat. Diangkatnya seseorang menjadi seorang pejabat, misalnya ada seseorang yang menganggapnya sebagai suatu keberhasilan, padahal belum tentu berhasil mengemban amanah. Harusnya "innalillahi wa inna ilaihi raji'un, ya Allah inilah yang membahayakan saya, Engkau beri aku jabatan padahal Engkau tahu kemampuan aku yang sebenarnya, jangan biarkan jabatan ini menjerumuskan dan menghinakan saya."
Itu pejabat yang sesungguhnya tidak gembira dikasih jabatan, malahan sedih dengan naiknya jabatan tidak identik dengan naiknya kemuliaan. Di Indonesia banyak orang yang naik jabatan, dan menjadi jalannya kehinaan bagi dirinya. Maka jangan dulu gembira dengan naiknya jabatan, karena belum tentu sukses mengemban amanah. Seorang yang mengemban amanah diangkat menjadi pejabat disumpah jabatan, bersumpah dengan menyebut nama Allah, "Saya bersumpah dengan jabatan ini tidak pernah akan menerima sepeserpun dari ini itu", dia bersumpah dan kalau dia nanti melanggar dia akan menjadi terkutuk dan terlaknat.
Mulai sekarang belajarlah untuk jujur, lebih baik kita disisihkan karena jujur daripada kita diterima karena berdusta. Selain kejujuran, marilah kita berusaha untuk menjadi orang yang ramah, karena ramah bisa menjadi pangkal kemuliaan. Ramah itu sinergi dari beberapa akhlak yang mulia diantaranya tawadhu dan rendah hati. Orang yang sombong petantang petenteng, susah menjadi seorang yang ramah. Makin banyak melihat orang yang kita posisikan lebih rendah dari kita, itu makin menandakan kesombongan kita.
Untuk menjadi pribadi yang ramah memang memerlukan suatu proses dan kesabaran .Insya allah orang yang ramah adalah juga adalah orang yang sabar. Orang yang ramah selain memiliki akhlak yang tawadhu juga hatinya penuh dengan rasa persaudaraan dan kasih sayang.
Walhandulillahhirobbil'alamin.
(Sumber : Humas Daarut Tauhiid Jakarta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar