Sabtu, 05 Desember 2015

JAUNDICE / ICTERUS


      Jaundice adalah manifestasi klinik yang muncul ketika level plasma bilirubin dalam darah lebih dari 45μmol/L akibat penimbunan pigmen empedu dalam tubuh sehingga mengakibatkan warna kekuningan pada kulit, sklera, dan mukosa.
Jaundice dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Prehepatic jaundice ( haemolytic )
2. Hepatic jaundice ( congenital dan hepatocellular )
3. Posthepatic jaundice ( obstructive atau cholestatic )


1.  Prehepatic jaundice
            Sekitar 85% bilirubin terbentuk dari pemecahan sel darah merah tua dalam sistem monosit makrofag lalu terjadi katabolisme hemoglobin (terutama dalam limpa) sehingga heme dapat diubah menjadi biliverdin lalu membentuk biilirubin tak terkonyugasi setelah itu bilirubin akan dikonjugasikan dengan asam glukoronat di hati, dan akan membuat bilirubin menjadi lebih mudah larut air.
            Bilirubin tak terkonyugasi akan berada dalam sirkulasi ketika hati tidak mampu mengkonjugasikan bilirubin. Bilirubin tak terkonyugasi tidak mudah larut  sehingga tidak akan diekskresikan ke dalam urin.
            Dalam keadaan peningkatan kecepatan destruksi sel darah merah atau terdapatnya penyakit hemolisis, maka bilirubin akan berlebihan dan melebihi kapasitas bilirubin tak terkonyugasi, meskipun konyugasi dan transfer pigmen empedu berjalan dengan normal. Akibatnya kadar bilirubin tak terkonyugasi dalam darah meningkat. Karena bilirubin tak terkonyugasi tidak larut dalam air  maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urin dan bilirubinumia tidak terjadi. Tetapi pembentukan urobilinogen meningkat (akibat dari peningkatan beban bilirubin terhadap hati dan peningkatan konyugasi dan ekskresi), yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam feses dan kemih sehingga dapat berwarna gelap. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.
                        Beberapa penyebab ikterus hemolitik yang sering adalah hemoglobin abnormal (hemoglobin S pada anemia sel sabit), sel darah merah abnormal (sferositosis herediter), antibody dalam serum (Rh atau inkompatibilitas transfusi  atau sebagian aki bat penyakit hemolitik autoimun), pemberian obat-obatan, dan beberapa limfoma (pembesaran limpa dan peningkatan hemolisis).

2.  Hepatic Jaundice
     Penyebabnya adalah  kelainan kongenital hiperbilirubinemia dan kelainan dari hati. Keduanya mengakibatkan kerusakan di hati. Diantaranya yaitu :
     a. Gilbert syndrome
     Kelainan kongenital yang disebabkan karena penurunan jumlah enzim UDP-glucuronosyl transferase yang akan mengkonjugasikan bilirubin dengan asa m  glucoronat. Ditandai oleh hiperbilirubinemia tak terkonyugasi ringan (<5 mg/100ml) dan ikterus.Kelainan ini terjadi pada 2%-7% dari populasi dan biasanya menyerang pria, penyakit ini bukan merupakan penyakit serius.
     Jumlah retikulosit normal, bilirubin tak terkonyugasi akan sedikit meningkat, dan syndrome ini asimptomatik. Keadaan ini dapat diobati dengan fenobarbital yang dapat merangsang enzim UDP-glucuronosyl transferase.

b.  Crigler-Najjar syndrome
                    Penyakit ini merupakan penyakit yang jarang. Memiliki 2 tipe, yaitu :
·   Tipe 1
            Merupakan gangguan herediter yang jarang, penyebabnya adalah gen resesif akibat enzim UDP-glucuronosyl transferase tidak ada sama sekali sejak lahir. Karena konyugasi bilirubin tidak dapat terjadi, maka empedu tidak berwarna dan kadar biirubin tak terkonyugasi melampaui 20 mg/100 ml sehingga menyebabkan kern ikterus. Fototerapi dapat mengurangi hiperbilirubinemia tak terkonyugasi untuk sementara waktu, tetapi biasanya bayi akan meninggal pada tahun pertama kehidupannya.
·         Tipe 2
                Bentuk yang lebih ringan dimana terjadi defisiensi enzim UDP-glucuronosyl transferase yang ringan. Kadar bilirubin tak terkonyugasi dalam serum lebih rendah (6-20 mg/100 ml) dan ikterus dapat tidak terlihat sampai masa remaja. Keadaan ini dapat diobati dengan fenobarbital yang dapat merangsang enzim UDP-glucuronosyl transferase.

         Pada kedua tipe ini sama-sama ditemukan level bilirubin tak terkonyugasi yang meningkat.
c.  Dubin-Johnson syndrome
                    Merupakan kelainan autosomal recessive dimana liver tidak mampu mengekskresikan bilirubin yang terkonjugasi, dikarenakan adanya mutasi di canalicular multispesific organic anion transporter ‘ CMOAT ‘. Hal ini mengakibatkan jaundice. Liver akan terlihat hitam karena adanya deposit dari melanin-like-pigment.
d. Rotor syndrome
                    Penyakit ini mirip dengan Dubin syndrome, dan dengan adanya defek dalam intracellular binding protein for bilirubin. Di penyakit ini tidak ada deposit pigmen.
e.  Hepatocellular jaundice
                    Adanya kerusakan di hepatosit dan intrahepatic billiary tree mengakibatkan peningkatan jumlah unconjugated dan conjugated bilirubin. Terlihat juga adanya peningkatan clotting time, serum alanine aminotranferase, dan serum aspartate aminotransferase.
     Kerusakan di hepatosit ini dapat disebabkan bermacam keadaan, diantaranya adalah :
·   Infeksi virus
     Virus hepatitis A, B, C, E. Epstein-Barr virus.
·   Infeksi bakteri
Seperti Leptospirosis ( Weil’s disease ), yaitu infeksi bakteri ditularkan dari air kencing kucing.
·   Autoimun atau drug-induce damage
·   Haemochromatosis
Kelainan Autosomal resesif dari metabolisme Fe, dan dapat menyebabkan cirrhosis, jaundice, dan liver failure.
·   Wilson’s disease
Kelainan autosomal recessive dari metabolism copper, yang dapat menyebabkan cirrhosis dan jaundice.

3. Posthepatic jaundice
                         Pada posthepatic j aundice, saluran untuk bilirubin tak terkonyugasi menuju billiary tree terblok, dan menyebabkan conjugated blirubin akan masuk ke dalam sirkulasi. Karena bilirubin tak terkonyugasi ini dapat larut maka akan menyebabkan urine menjadi gelap. Karena bilirubin tak terkonyugasi tidak dapat masuk ke duodenum menyebabkan feses tidak akan terwarnai dan feses akan terlihat pucat.
                   Peningkatan garam-garam empedu dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus yang diakibatkan oleh hiperbilirubinemia terkonyugasi biasanya lebih kuning dibandingkan dengan hiperbilirubinemia tak terkonyugasi. Perubahan warna berkisar dari kunin-jingga muda atau tua samoai kuning-hijau bila terjadi obstruksi total aliran empedu.
                                    Perubahan ini merupakan bukti adanya ikterus kolestatik atau disebut juga ikterus obstruktif. Kolestatik dapat bersifat intrahepatik (mengenai sel hati, kanalikuli atau kolangiola. Penyebab tersering adalah penyakit hepatoselular dimana sel parenkim hati mengalami kerusakan akibat virus hepatitis atau berbagai jenis sirosis) atau ekstrahepatik (mengenai saluran empedu di luar hati. Penyebab terseringnya adalah sumbatan batu empedu, biasanya pada ujung bawah duktus kledokus, Ca ampula Vateri, Ca kaput pankreas).
                         Penyebab dari obstruksi jaundice diantaranya adalah : gall stones, biliary stricture, congenital biliary atresia, carcinoma of pancreas or bile ducts, dan pancreatitis.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar