FRACTURE HEALING
Definisi: Fracture healing/penyembuhan
fraktur merupakan proses reparasi sistem muskuloskeletal untuk mengembalikan integritas skeletalnya karena sejumlah
peristiwa biologis yang mengakibatkan pemulihan jaringan tulang, sehingga muskuloskeletal
dapat berfungsi kembali.
Beberapa hal yang berperan terhadap penyembuhan fraktur adalah:
-
debridement,
-
stabilisasi, dan
-
remodeling pada tempat fraktur tanpa fiksasi
rigid.
Fraktur yang telah diperbaiki
baik dengan proses fiksasi internal maupun eksternal tidak berarti akan sembuh
secara cepat. Proses
remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dan juga terjadi setelah
penyembuhan suatu fraktur. Proses penyembuhan terutama tergantung dari resorbsi
osteoclast dan diikuti oleh pembentukan osteoblast.
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
dapat dibagi ke dalam 3 fase:
1.
Fase
reaktif: yang terdiri dari fase fraktur itu sendiri, dan pembentukan jaringan
granulasi.
2.
Fase
reparatif: yang terdiri dari proses penggantian jaringan granulasi oleh kalus,
dan selanjutnya penggantian kalus oleh lamellar
bone.
3.
Fase
remodeling: merupakan fase akhir penyembuhan tulang melalui proses remodeling
kontur rulang ke bentuk semula.
Secara terperinci
proses-proses tersebut dapat dijelaskan di bawah ini:
1.
Pembentukan
hematoma pada fraktur
Banyak pembuluh
darah yang rusak (tissue damage)
karena fraktur
↓
Banyak sel-sel
tulang yang mati atau cellular debris
↓
Swelling dan inflamasi
↓
Blood clot pada daerah yang fraktur
(terbentuk 6-8 jam
setelah injury)
↓
fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)
fagosit dan osteoklas berperan dalam memindahkan sel-sel tulang yang mati atau rusak di sekitar daerah yang fraktur (waktunya beberapa minggu)
2.
Pembentukan
kalus fibrokartilago
Infiltrasi dari
kapiler-kapiler darah yang baru ke dalam fracture
hematoma
↓
Membantu
mengaktifkan pertumbuhan jaringan ikat Procallus
↓
Invasi pada
procallus oleh fibroblast (menghasilkan collagen fiber menyambung tulang yang
patah) dan osteogenic cell (berkembang dalam chondroblast dalam daerah avascular pada
jaringan tulang yang sehat, asal terbentuknya fibrocartilage)
↓
Procallus dirubah
menjadi fibrocartilaginous callus pada daerah yang fracture (waktu 3 minggu)
3.
Pembentukan
kalus tulang
Vascularisasi yang
rusak sudah tertutup dengan baik pada jaringan tulang
sehat
↓
Osteogenic cell berkembang menjadi
osteoblast
↓
Terbentuk spongy bone trabeculae
↓
Bony callus (3-4
bulan)
4.
Remodeling
Bagian-bagian atau jaringan yang mati dari
fragment-fragment tulang
secara berangsur-angsur diresorpsi oleh osteoclast
↓
Spongy bone à dirubah menjadi compact bone pada daerah yang
fracture
↓
Replace secondary
bone
Hukum
tersebut menjelaskan:
·
Terjadi
perubahan bentuk di luar dan dalam tulang sebagai respon terhadap stres.
·
Tulang
mengalami remodeling sebagai respon terhadap stres yang dialaminya sehingga
menghasilkan struktur minimal yang dapat beradaptasi terhadap stres tersebut.
Faktor yang mempengaruhi bone healing
Faktor-faktor
ini dapat dibagi ke dalam faktor (1) sistemik, dan (2) lokal. Faktor sistemik
muncul pada saat terjadinya fraktur, kecuali jika fraktur mengenai sistem saraf
pusat. Faktor lokal dapat dikelompokkan sesuai asalnya seperti faktor mekanik,
kimia, fisik, atau lingkungan.
Selain
pembagian di atas, terdapat pengelompokkan dalam menentukan berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan fraktur.
1.
Faktor sistemik:
1)
Usia
2)
Tingkat aktivitas
a.
Imobilisasi umum
b.
Space
flight
3)
Status nutrisi
4)
Faktor hormonal
a.
Hormon pertumbuhan
b.
Kortikosteroid
c.
Lainnya (tiroid, estrogen, androgen, paratiroid,
prostagrandin)
5)
Penyakit: diabetes, enmia, neuropati.
6)
Obat-obatan: NSAID, antikoagulan, faktor XIII, blok kanal
kalsium, fanitoin, tetraciklin.
7)
Substansi lainnya: nikotin, alkohol.
8)
Hiperoksia
9)
Systemic
growth factors
10) Suhu
lingkungan
11) Trauma
sistem saraf pusat
2.
Faktor lokal:
1)
Faktor independen.
a.
Jenis tulang
b.
Tulang abnormal
c.
denervasi
2)
Faktor berkaintan dengan jenis jejas
a.
Derajat kerusakan lokal
b.
Besarnya kerusakan vaskular terhadap tulang,
fragmen-fragmennya, atau jaringan lunak; keparahan jejas.
c.
Tipe dan lokasi fraktur
d.
Hilangnya tulang
e.
Interposisi jaringan lunak.
f.
Faktor pertumbuhan lokal
3)
Faktor berkaitan dengan pengobatan
a.
Banyaknya trauma bedah
b.
Perubahan aliran darah akibat implan
c.
Derajat dan jenis rigiditas fiksasi.
d.
Derajat, durasi, dan arah deformasi
e.
Banyaknya kontak dengan fragmen
f.
Faktor-faktor yang
menstimulasi osteogenesis postrauma.
4)
Faktor berkaitan dengan komplikasi
a.
Infeksi
b.
Statis vena
c.
Alergi bahan implan
Penilaian
Penyembuhan Fraktur
Klinis ; pemeriksaan pada
daerah fraktur dengan melakukan pembengkokan pada daerah fraktur, pemutaran dan
kompresi untuk mengetahui adanya gerakan atau perasaan nyeri pada penderita.
Keadaan ini dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh penderita sendiri. Apabila
tidak ditemukan adanya gerakan, maka secara klinis telah terjadi union dari
fraktur.
Radiologi ; pemeriksaan rontgen
pada daerah fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mingkin
dapat ditemukan adanya trabekulais yang sudah menyambung pada kedua fragmen.
Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medula atau ruangan dalam daerah
fraktur.
Abnormalitas
Proses Penyembuhan
Delayed
union
¡ Proses
penyembuhan berjalan dalam waktu lebih lama daripada yang diperkirakan atau normal
(lebih dari 4 bulan). Gambaran radiologis pada keadaan ini belum menampakkan
deformitas, sklerosis belum tampak pada ujung fragmen.
Non
union
¡ Adalah
suatu kegagalan penyembuhan tulang, terjadi pada masa lebih dari 8 bulan. Semua
proses reparatif sudah berhenti, tetapi kesinambungan tulang belum atau tidak
tercapai.
¡ ditandai
dengan nyeri
¡ Penyebab
è
karena imobilisasi è maka untuk mencegah bony ankylosis maka harus
mobilisasi.
Mal
union
¡ Bila
proses penyembuhan berjalan normal, union terjadi dalam waktu semestinya namun
tidak tercapai bentuk aslinya atau abnormal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar