EMERGENCY CARE
Pada korban di tempat kejadian
kebakaran:
1.
Airway
- Jalan nafas
- Resusitasi cardiac output dilakukan pada cardiac injury dan CO poisoning
- Pasien dalam gedung/terkena asap kebakaran diberi 100% O2
- Jika pasien tidak sadar/respiratory distress diberikan ETT
2.
Other injurry and transport
- Periksa luka injury lain jika ada kirim ke rumah sakit terdekat
- Berikan intra vena
- Sediakan tempat bersih,steril dan lepas perhiasan
3.
Cold application
- Untuk luka bakar kecil diobatti dengan air dingin untuk mencegah kerusakan
- Air es hanya untuk luka bakar kecil
Emergency room care:
·
Acuhkan dulu Burn injury
·
Lakukan penilaian antibiotik circulation lalu perhatikan
luka bakar
·
Penilaian inhalation injury
Care dari Burn injury:
·
Setelah pemeriksaan di atas perhatikan luka bakar
·
Jika luka bakar cepat dapat penanganan rumah sakit kerusakan
akan minimal
·
Luka bakar dikalkulasikan untuk pemberian resusitasi yang
tepat
Indikasi rawat inap
Penderita syok atau terancam syok
- anak :
luasnya luka >10%
- dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- wajah, mata
- tangan
dan kaki
- perineum
Terancam oedema laring
- terhirup asap atau udara hangat
Penanganan dan prognosis ditentukan oleh:
- derajat luka bakar
- luas permulaan
- daerah
- usia.
- keadaan kesehatan
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang
mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula
sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua
menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh
kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan
yang didarahinya nanti.
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman
dan terlihal invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar
demiklan disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif,
seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran
kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus.
Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di
darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh
dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa
elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel
kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin
meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku, dan secara estetik
sangat jelek.
Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami
kontraktur. Bila
ini terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada iuka bakar
berat dapat ditemukan ileus para-litik. Pada fase akut, peristalsis usus
menurun atau ber-henti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis
dapat menurun karena kekurangan ion kalium.
Stres atau beban faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang
sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling*.
Yang dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah penyulit perdarahan yang
tampil sebagai hematemesis dan/atau melena (lihatBab 31).
Fase permulaan luka bakar merupakan fase kata-bolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi,
meta-bolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dart kulit yang rusak
juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini
terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu,
penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan
demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka
bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah
sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi,
prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.
Infeksi yang mengakibatkan sepsis, biasanya
berasal dari:
- luka bakar
- jalan napas
- tempat masuk perangkat infus
- kateter saluran kemih
Terapi
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat
menjatuhkan diri dan berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas.
Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan
mencelupkan bagian yang terbakar atau mencebur-kan diri ke air dingin, atau
melepaskan baju yang tersiram air panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilang-kan adalah merendam daerah
luka bakar dalam air atau menyiraminya dengan air mengalir selama
sekurahg-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan
yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendingin-kan daerah
yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena
itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil. Dengan demikian, luka yang sebenarnya menuju derajat
dua dapat berhenti pada derajat satu, atau luka yang akan menjadi tingkat tiga
dihentikan pada tingkat dua atau satu. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan
dengan air apa saja yang dingin, tidak usah steril. Pendinginan luka bakar harus dilakukan
se-segera mungkin. dan cukup lama
Pada
luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel
epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat
secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar
berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau perlu,
dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita menunjukkan
gejala terbakarnya jalan napas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.
Kalau terjadi udem laring, dipasang pipa endotrakea atau dibuat trakeostomi.
Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan napas, mengurangi ruangmati, dan
memudahkan pembersihan jalan napas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan
keracunan CO, diberikan oksigen murni.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya
terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk
perawatan tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan dahulu. Selanjutnya,
diberikan pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan
bila penderita kesakitan. Penanganan luka bakar dengan antiseptik topikal dianjurkan.
pemberian
cairan intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar
harus ditentukan secara teliti. Kemudian, jumlah cairan infus yang akan
diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini.
Cara Evans adalah sebagai berikut: 1) luas luka dalam persen x berat badan
dalam kg menjadi ml NaCl per 24 jam; 2) Luas luka dalam persen x berat badan
dalam kg menjadi ml plasma per 24 jam. Keduanya merupakan pengganti cairan yang
hilang akibat udem. Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari
pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar
dan me-narik kembali cairan yang telah keluar, 3) Sebagai pengganti cairan yang
hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam.
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Penderita mula-mula dipuasakan karena peristalsis usus terhambat pada keadaan
prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus normal kembali.
Kalau diuresis pada hari ketiga me-muaskan dan penderita dapat minum tanpa
kesulitan, infus dapat dikurangi, bahkan dihentikan.
Cara lain yang banyak dipakal dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus
baxter, yaltu
% x BB x 4 ml
Separuh dart jumlah cairan in! diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit, yaitu
larutan ringer—laktat karena terjadi deflsit ion Na. Hari kedua diberikan
setengah cairan hari pertama.
Contoh: seorang dewasa dengan berat badan 50 kg dan luka bakar seluas 20%
permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 ml = 1000 ml larutan NaCl 0,9% dan juga
1000 ml plasma sebagai cairan tambahan, disertai 2000 cc larutan glukosa 5%
sebagai kebutuhan dasar. Jumlah cairan pada 8 jam pertama sama dengan jumlah
untuk 16 jam yang berikut, yaitu masing-masing 2.000 ml; 24 jam berikutnya =
2.000 ml.
Menurut rumus baxter, diberikan jumlah banyak cairan yang sama pada
penderita yang sama, yaitu 20 x 50 ml x 4 = 4.000 ml pada hari pertama, dan
2.000 ml pada hari kedua.
Pemberian cairan dapat ditambah, jika perlu, umpamanya bila penderita dalam
keadaan syok, atau jika diuresis kurang.
obat-obatan. Antibiotik sistemik spektrum
luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik
diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Obat suportif yang
tercantum pada bagan 3-10 diberikan secara rutin. Antasida diberikan untuk
pencegahan tukak beban (tukak stres) dan antipiretik diberikan bila suhu
tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak
2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu, makanan .
diberikan melalui pipa lambung atau ditambah dengan nutrisi parenteral.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu flsioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi
diistirahat-kan dalam posisi fungsional dengan bidai.
Penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus. Keberhasilan
pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1
ml/ kgBB/jam. Yang penting juga adalah pengamatan apakah sirkulasi normal atau
tidak. Diuresis penderita luka bakar
harus sekurang- kurangnya 1
ml/kgBB/jam.
Kekurangan ion Na akibat masuknya Na ke dalam sel menimbulkan gejala
keracunan air dengan udem otak yang bertanda kejang-kejang. Kekurangan ion K
dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST. Kekurangan ini
harus segera dikoreksi.
Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar:
Minuman diberikan pada penderita luka bakar:
- segera setelah peristalsis menjadl
normal
- sebanyak 25 ml/kgBB/hari •-,-.-
- sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 ml/jam
Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar:
- segera setelah dapat minum tanpa kesulitan
- sedapat mungkin 2500 kalori/hari
- sedapat mungkin mengandung 100-150 grprotein/hari
Sebagai tambahan diberikan setiap hari:
- vitamin A, B, dan D
- vitamin C 500 mg
- Fe
sulfat 500 mg
- antasida
Pengobatan
lokal
Luka bakar
derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal
dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam
perlu di-usahakan secepat mungkin membuangjaringan kulit yang mati dan memberi
obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati.
Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup. "Sekadar pembalut" tidak memenuhi syarat "perawatan tertutup"
pada penderita luka bakar.
Keuntungan
perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu terbuka
menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun
merasa kurang enak karena melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka
dibiarkan terbuka setelah diolesi obat.
Pemantauan penderita luka bakar :
- Pengukuran tensi, nadi, dan frekuensi napas
- Pemasangan kateter buli-buli untuk mengukur produksi urin per jam
- Pemasangan kateter pengukur tekanan vena
- Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
- Analisis
kadar elektrolit
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan
untuk menutup luka dart kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian
rupa sehingga luka masih cukup longgar untuk ber-langsungnya penguapan. Keuntungan
perawatan tertutup adalah luka tampak rapi, terlindung, dan enak bagi
penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dana lebih banyak karena dipakainya
banyak pembalut dan anti-septik. Kadang suasana luka yang lempab dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut
melekat pada luka, tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi
ditunggu sampai terlepas sendiri. Sedapat mungkln luka ditutup kasa penjerap
setelah dibubuhi dan dikompres dengan antiseptik.
Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep, atau krim.
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau
nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam
efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai
garam sulfida atau klorida yang member! warna hitam sehingga mengotori semua
kain. Obat lain yang banyak dipakai adalah zilversulfadiazin, dalam bentuk krim
1%. Krim ini sangat berguna karena.bersifat bakteriostatik, mempunyai daya
tembus yang cukup, efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi,
dan aman. Krim ini dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti
setiap hari. Penanganan
dengan antiseptik topical dianjurkan pada luka bakar
Pada luka bakar derajat dua sebaiknya keropeng dibiarkan menjadi kering.
Keropeng ini akan terlepas sendiri seperti kulit ular setelah 7-12 hari. Pada
waktu itu, kulit di bawahnya sudah sembuh.
Perkembangan kontraktur
pada luka bakar dicegah
pada tahap dini:
- Destruksi eritrosit di bagian yang terbakar
- Depresi sumsum tulang karena sepsis
- Perdarahan pada luka saat penggantian pembalut
Pada luka bakar derajat tiga sebaiknya keropeng dibiarkan menjadi kering
selama 10-18 hari. Kemudian, keropeng dapat dilepaskan dan dilakukan cangkok
kulit.
Keuntungan perawatan terbuka:
- luka tetap dingin dan kering
- Inspeksi dan pemeriksaan selalu dapat dilakukan
- Cocok sekali untuk daerah yang sukar dibalut (wajah, perineum, bokong)
- Murah
Perawatan luka:
- Balut
tekan cocok untuk ekstremitas; tebal sekurang-lurangnya 2 cm; jari
Kelihatan.
-
Cara terbuka; bila terdapat banyak serangga dapat dipakai
kelambu.
Tindak
bedah
Pengangkatan
keropeng atau eskarotomi dilakukan juga pada luka bakar derajat tiga yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan
pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibat-kan penjepitan yang
membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal mati. Tanda dini penjepitan
adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung
distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang
membuka keropeng sampai penjepitan bebas. Pemberian antibiotik topikal pada luka bakar tidak dianjurkan .
Debrideman diusahakan sedini mungkin untuk mem-buang jaringan mati dengan
jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan setelah keadaan penderita
menjadi stabil karena ini merupakan tindakan yang cukup berat. Luka bakar yang peka terhadap pemeriksaan tusuk
jarum tidak usah dicangkok kulit
Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit
binatang atau amnion manusia dianjurkan jika transplantasi dengan kulit
penderita menemui kesulitan. Bahan tersebut berfungsi sebagai pencegah infeksi,
penghalang penguapan berlebihan, dan mengurangi nyeri.
Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granu-lasi dapat ditutup dengan
cangkok kulit yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri. Bila dipakai
kulit dari mayat atau binatang karena keadaan penderita terlalu payah sehingga
tidak memungkinkan memakai cangkok kulit sendiri, sedikit demi sedikit penutup
sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup
permanen.
Permasalahan pasca luka bakar
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut
yang dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu
fungsi
dan menyebabkan
kekakuan sendi, atau menfmbulkan cacat estetis yang jelek sekali, terutama bila
parut tersebut berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi
intensif dan kontraktur yang memerlukan tindakan bedah.
Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk
mengembalikan rasa percaya diri penderita, dan diperlukan pertolongan ahli
bedah rekonstruksi, terutama jika cacat mengenai wajah atau tangan.
Bila luka bakar
merusak jalan napas akibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pneumonia, atau
insufisiensi fungsi paru pascatrauma.
Penyulit yang ditakuti pada penderita luka
bakar:
- Infeksi dan sepsis
- Oliguria dan anuria
- Udem paru
- Anemia
- Kontraktur