Prematuritas
Definisi:
Bayi prematur semula
didefinisikan sebagai bayi dengan berat badan
lahir < 2500 gram (bayi kecil). Distribusi bayi yang kurang dari persentil ke-10 untuk usia
kehamilan, disebut “kecil untuk usia
kehamilan”
Faktor Risiko Persalinan Prematur
1.
Idiopatik
2.
Iatrogenik
3.
Sosio Demografik
4.
Faktor Ibu
5.
Penyakit medis dan Keadaan Kehamilan
6.
Infeksi
7.
Genetik
Klasifikasi : Menurut
kejadiannya, persalinan prematur digolongkan menjadi:
1.
Idiopatik/ Spontan
Sekitar 50%
penyebab persalinan prematur tidak diketahui: kehamilan kembar, poli hidramnion
atau persalinan prematur yang didasari oleh faktor psikososial dan gaya hidup.
2.
Iatrogenik / Elektif
Apabila kelanjutan kehamilan diduga dapat membahayakan
janin, janin akan dipindahkan ke dalam lingkungan luar yang dianggap lebih baik
dari rahim ibunya sebagai tempat kelangsungan hidupnya. Kondisi tersebut
menyebabkan persalinan prematur buatan/Iatrogenik yang disebut juga sebagai Elective preterm.
Menurut usia kehamilannya maka klasifikasi persalinan prematur adalah sebagai
berikut:
1. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
2.
Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut sangat prematur (very preterm)
3. Usia kehamilan antara 20 – 27 minggu disebut ekstrim prematur (extremely preterm)
Menurut berat badan lahir, maka bayi prematur dibagi dalam kelompok:
1. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir
rendah
2. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan berat badan lahir sangat rendah
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan berat badan lahir ekstrim rendah
Mekanisme Persalinan Prematur
Fase 1 : fase tenang
Pada sebagian besar perjalanan kehamilan, uterus tetap
tenang secara ‘relatif’. Aktifitas miometrium dihambat selama dalam kehamilan
oleh berbagai macam senyawa, meliputi progesteron, prostasiklin
Fase 2 : Aktivasi
Aktivasi miometrial pada fase 2, ditandai dengan
peningkatan kadar ekspresi CAPs
Fase 3 : Stimulasi
Fase 3 meliputi terjadinya rangkaian proses yang
progresif yang berujung pada terjadinya proses persalinan yang meliputi
kontraksi uterus, pematangan serviks dan aktivasi jaringan desidua dan selaput
janin. Peristiwa-peristiwa ini ditandai dengan pengaktifan HPA janin,
kemunduran progesteron secara fungsional, peningkatan kadar estrogen ibu dan
janin, dan naiknya kadar prostaglandin. Rangkaian proses mulai dengan produksi
CRH plasenta yang berakhir pada penurunan kadar progesteron fungsional.
Penurunan progesteron menyebabkan peningkatan kadar ekspresi reseptor estrogen
dan mempromosikan aktifitas estrogen. Peningkatan kerja estrogen akhirnya akan
menyebabkan terbentuknya banyak jenis CPAs yang tergantung pada estrogen,
seperti CX-43, reseptor-reseptor oksitosin, dan prostaglandin, yang membantu
proses kontraksi
-
CRH dan”Placental Clock”.
Corticotropin releasing hormone
-
Progesterone
withdrawal Functional
Progesteron bekerja dengan menghalangi ekspresi gen CAP
dan formasi gap junction dalam myometrium, menghambat sekresi CRH plasenta,
menghambat aktifitas estrogen, sistem regulasi
-
Estrogen
Estrogen menguatkan ekspresi banyak CAPs estrogen
dependen, termasuk CX-43
-
Prostaglandin
PGE2 menyebabkan kontraksi miometrium melalui pengikatan
reseptor EP-1 dan EP-3, yang menengahi kontraksi melalui mekanisme peningkatan
mobilisasi kalsium dan menurunkan tingkat produksi penghambat cAMP intra
seluler. Prostaglandin juga meningkatkan produksi matriks
metalloproteinase
-
Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus dihasilkan dari aktin dan miosin yang
tergantung pada fosforlisasi myosin oleh MLCK. MLCK diaktivasi oleh kalsium
calmodulin setelah peningkatan level kalsium intraselular. Kenaikan ini
disebabkan aksi dari berbagai jenis uterotonik termasuk
oksitosin-prostaglandins. Sel-sel yang berpasangan menyebabkan miometrium
berkontraksi secara sinkron dengan amplitudo selama persalinan, hal ini dipicu
oleh gap jumetini dan protein tertentu
Fase 4: Involusi
Fase 4 dimulai pada kala tiga persalinan dan melibatkan
pelepasan plasenta dan kontraksi uterus. Pemisahan plasenta dimulai dengan terbentuknya celah sepanjang desidua
basalis. Kontraksi uterus merupakan faktor penting untuk mencegah perdarahan
yang berasal dari vena-vena besar yang terbuka setelah lahirnya plasenta dan
terutama dipengaruhi oleh oksitosin.
Etiologi
1.
Stres dan
plasenta
Stres secara sederhana digambarkan sebagai tantangan baik
fisik atau psikologis yang merupakan
suatu ancaman atau dirasakan dapat mengancam homeostasis
2.
Peregangan
uterus berlebih
Distensi uterus berlebihan memerankan peran kunci pada onset persalinan
prematur yang berhubungan dengan gestasional ganda, polihidramnion, dan makrosomia.
Peregangan uterus mengakibatkan ekspresi
CX-43 dan CX-26, PGHS-2 dan PGE. Peregangan dari otot segmen bawah rahim telah
menunjukkan peningkatan tingkat dari IL-8 dan produksi kolagenase yang pada
akhirnya akan memfasilitasi pematangan serviks.
3. Trombosis Uteroplasental dan
Perdarahan Desidua
Mekanisme yang saat ini diajukan mengenai hubungan
antara lesi vaskular dengan kelahiran kurang bulan dan juga berhubungan dengan
iskemia uteroplasental. Meskipun patofisiologinya sampai saat ini belum jelas
namun thrombin dicurigai mempunyai peranan besar. Trombin adalah suatu protease
multifaktorial yang merangsang aktivitas kontraksi dari otot polos vaskuler,intestinal dan
miometrium. Trombin mengaktifkan
sederetan reseptor yang unik
termasuk protease-activated receptor 1,
protease-activated receptor 3 dan protease-activated
receptor 4. Reseptor – reseptor
transmembran ini adalah bagian dari superfamili protein heptahelical-G.
Interaksi dengan trombin menghasilkan perubahan konfirmasi yang menghasilkan pasangan G-protein dan
aktivasi fosfolipase C. Aktivasi
Fosolipase C mengawali reaksi biokimia yang berakhir pada pelepasan kalsium
intraseluler dari retikulum endoplasma. Kombinasi antara pelepasan kalsium
intraseluler dan influks kalsium ekstraseluler menyebabkan osilasi sitosolik
kalsium yang mengaktivasi kalmoodulin, MLCK,aktin dan myosin yang menghasilkan
kontaksi uterus secara fasik. Melalui sinyal-sinyal intraseluler ini maka
trombin bertindak sebagai agonis uterotonik yang klasik.
4. Infeksi dan
Inflamasi
Infeksi Saluran Kemih sangat
berkaitan dengan kelahiran kurang bulan. Infeksi ini biasanya mewakili infeksi
bakteri secara asenden dari saluran
genital bawah.
-
Infeksi
intrauterin dikenal sebagai salah satu penyebab kelahiran prematur paling
penting dan paling potensial yang dapat dicegah. Mediator-mediator inflamasi ini diproduksi oleh makrofag,
sel-sel desidua, dan membran janin sebagai respon terhadap bakteri atau
produk-produk bakteri. Sitokin-sitokin
ini, kemudian, merangsang produksi prostaglandin oleh amnion dan desidua.
Mekanisme tambahan lainnya yang menjelaskan bagaimana infeksi intrauterin
menyebabkan kelahiran prematur adalah melalui aktivasi aksis HPA janin.
-
Vaginosis
bakterialis telah dihubungkan dengan persalinan atau kelahiran prematur,
infeksi cairan amnion, korioamnionitis, dan endometritis postpartum.
-
Bakteriuria tanpa gejala (asymptomatic) adalah ditemukannya
>100.000 koloni dari satu spesies bakteri per l mL urin, yang didapat dari
sampel urin aliran tengah (midstream urine). Bakteri terbanyak yang berhasil diisolasi
adalah Esherichia coli.
Ketuban pecah dini
Disamping etiologi dan mekanisme kelahiran spontan, kelahiran prematur bisa
disebabkan oleh KPD. Ketuban pecah dini banyak dihubungkan dengan infeksi
intrauterin, merokok, trauma, kehamilan multipel, riwayat KPD sebelumnya,
riwayat pembedahan atau laserasi serviks, serviks yang pendek
Bakteri mungkin secara langsung mengsekresi protease yang
memecah kolagen. Beberapa bakteri menproduksi fospolipase A2, yang
dapat meningkatkan asam arakhidonat, prekursor prostaglandin. PGE2 menurunkan
sintesis kolagen dalam membran fetus. Prostaglandin meningkatkan MMP-1 dan
MMP-3 dalam fibroblas. Etiologi, Faktor Risiko dan Patofisiologi
1. Infeksi
Respons inflamasi yang cepat oleh netrofil
polimorfonuklear dan makrofag ke tempat infeksi akan menghasilkan
sitokin, matrix metalloproteinase (MMP), dan prostaglandin. Sitokin
termasuk interleukin-l dan tumor necrosis factor α (TNF-α) yang dihasilkan oleh monosit
akan merangsang peningkatan MMP-1 dan MMP-3 pada sel-sel korion. Infeksi bakteri dan respon inflamasi ibu juga menyebabkan produksi prostaglandin
meningkat yang mengakibatkan terjadinya KPD oleh karena iritabilitas uterin dan
penurunan kolagen selaput ketuban. Strain tertentu bakteri vagina menghasilkan
fosfolipase A2, yang menyebabkan pelepasan prostaglandin
prekursor, asam arakidonat oleh
membran fosfolipid dari selaput ketuban.
2 Hormon
Progesteron dan estradiol dapat
menekan proses remodeling matriks ektraselular pada jaringan
reproduktif. Kedua hormon tersebut meningkatkan konsentrasi MMP-1 dan MMP-3 serta meningkatkan inhibitor jaringan metaloproteinase pada fibroblas serviks
3 Apoptosis
Apoptosis telah diketahui pada proses remodeling
berbagai jaringan reproduktif, termasuk pada serviks dan uterus. Selaput ketuban dan korion manusia yang diperoleh pada kehamilan aterm
setelah pecah sebelum waktunya mengandung banyak sel-sel apoptosis di daerah yang berdekatan dengan daerah
raptor dan sedikit sel apoptosis di daerah
lain dari selaput ketuban. Oleh karena itu, pada kasus korioamnionitis,
apoptosis sel sepitel selaput ketuban
sering terlihat berdekatan dengan sel granulosit. Diduga bahwa respons imunologi ibu dapat
mempercepat apoptosis pada selaput ketuban.
4 Regangan
Selaput Ketuban Berlebihan
Peregangan uterus yang berlebihan seperti pada
polihidramnion, kehamilan ganda dan berat badan bayi besar
Penilaian cervix secara USG
-
Pemeriksaan serviks dengan ultrasonografi pada dapat mendeteksi ancaman
persalinan prematur.
-
Pendataran, atau pemendekan, perubahan anatomi ostium interna (funneling),
dilatasi endoserviks ditandai oleh penonjolan (bulging) membran amnion,
dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan ultrasonografi
-
Funneling sebagai prediktor persalinan prematur dapat dideteksi secara
transvaginal tetapi seringkali tidak tampak bila dilakukan pemeriksaan
transabdominal.
Funneling
adalah dilatasi dari ostium servikalis, dapat juga disimpulkan sebagai proses
pendataran dengan lebar funneling lebih besar atau sama dengan 5 millimeter. Dua
tipe dari funneling telah digambarkan yaitu: gambaran V dan U. gambaran V
merupakan penonjolan membran kedalam kanalis servikalis sehingga terbentuk
gambaran triangular. Pada gambaran U, membran amnion menonjol memasuki kanalis
endoservikalis sehingga terbentuk
gambaran melengkung. Gambaran umum
·
Normal
serviks :
o
Nulipara : 24 minggu : 40 ± 8 mm
·
28 minggu : 33 ± 8 mm
o
Multipara : 24 minggu :
36 ± 8 mm
·
28 minggu : 35 ± 9 mm
·
Panjang serviks ≤ 25 mm pada 16-24 minggu
berhubungan dengan risiko 6 kali
kemungkinan persalinan prematur. Terjadi persalinan pada
60% kehamilan ganda.
·
Panjang funnel lebih dari 50% mempunyai
prognosis buruk, 79% terjadi persalinan.
·
Normal funneling adalah gambaran T.
·
Panjang
serviks > 40 mm, risiko persalinan prematur 0,2%, bila panjang serviks 5 mm persalinan mencapai 78%.
Penanda Biokimiawi Untuk Prediksi Persalinan
Prematur
1. Corticotrophin Releasing Hormone
Corticotrophin Releasing Hormone
(CRH) diproduksi oleh plasenta dan korioamnion. Didapatkan kadar CRH yang
tinggi pada mereka yang persalinannya terjadi < 34 minggu.
2.
Estrogen dan progesteron
Estriol pertama kali dapat dideteksi dalam darah ibu pada usia
kehamilan 9 minggu dan konsentrasinya terus meningkat dalam plasma selama
kehamilan. Tiga sampai lima minggu sebelum persalinan terjadi peningkatan
tiba-tiba kadar estriol dalam darah. Peningkatan estriol berhubungan dengan
peningkatan risiko terjadinya persalinan prematur. Antagonis progesteron, kadarnya meningkat seiring meningkatnya
usia kehamilan. Selanjutnya progesteron menghambat produksi IL-8 oleh
koriodesidua dan sel desidua. Progesteron selanjutnya dapat berperan sinergis
dengan estrogen dan memicu pengeluaran
oksitosin serta pembentukan reseptor prostaglandin PG oleh miometrium.
3.
Sitokin
Inflamasi
pada koriodesidua akan mengaktifkan berbagai sitokin yang selanjutnya
menimbulkan kontraksi uterus, perubahan pada serviks dan pecahnya selaput
ketuban seperti IL-1, TNFα, IL-6 dan RANTES ( regulated on activation, normal
Tcell-expressed and -secreted). Efek dari IL-1 dan TNFα diperkuat oleh IL-6
yang dihasilkan oleh desidua dan sel korion oleh karena adanya IL-1 dan TNFα
4.
Matriks
metaloproteinase dan fibronektin janin
Proses proteolisis desidua-korioamnion-serviks yang diinduksi
oleh inflamasi melalui proses inflamasi melalui
aktivasi jejaring sitokin menyebabkan dipecahnya matriks ekstra seluler
(ECM) selaput korioamnion dan serviks. Akhir-akhir ini MMP-1, MMP-9 dan
fibronektin janin (fFN-fetal fibronectin)
dipakai untuk mendeteksi proses patologis ini. Fibronektin suatu glikoprotein, dalam kehamilan
diproduksi oleh korion yang ditemukan pada jaringan fetus, plasenta dan pada
cairan amnion Begitu
kantung kehamilan mengalami implantasi dan melekat pada bagian inferior rahim
pada awal kehamilan, fFN dalam keadaan normal akan ada dalam cairan servikovaginal. Sebaliknya
sesudah penyatuan ini, keberadaan fFN pada serviks dan vagina sesudah 20 minggu
merupakan keadaan yang abnormal dan bisa mengindikasikan adanya pelepasan selaput
dari desidua secara mekanik maupun karena proses inflamasi. Pemeriksaan
fibronektin merupakan suatu pemeriksaan diagnostik untuk menilai apakah persalinan akan terjadi
dalam 48 jam. Dilakukan jika tidak tersedianya pemeriksaan usg transvaginal. Hasil
negatif ( < 50 ng/ml), hasil positif
( > 50 ng/ml)
5.
Insuline-like growth
factor-binding protein (IGFBP-1)
IGFBP-1
Manajemen Persalinan Prematur
I. Pemberian Tokolitik
- Beta2-sympathomimetics
Ritrodin dan beta agonist lainnya dipakai sebagai
terapi lini pertama di Inggris, akan tetapi apabila terdapat efek samping, maka
penggunaannya digantikan oleh nifedipin atau atosiban yang saat ini banyak
direkomendasikan debagai obat lini pertama. Beta2-sympathomimetics bekerja pada
beta2 adrenoreceptors pada otot polos miometrium melalui mekanisme cAMP , dan sebagai akibatnya
menurunkan kadar kalsium intraseluler, sehingga terjadi relaksasi otot polos.
Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine,
terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline.
- Indomethacin
Indomethacin adalah golongan antiinflamasi nonsteroid yang akan menghambat enzym COX
- Atosiban
Atosiban adalah suatu analog oksitosin yang bekerja pada
reseptor oksitosin dan vasopresin. Atosiban jauh lebih mahal daripada nifedipin
dan pemberiannya parenteral, namun lisensinya diperutunkan pencegahan prematur
dan keamanan pada ibu menyebabkan obat ini dipakai sebagai tokolitik lini
pertama.
- Nifedipin
Nifedipin adalah suatu antagonis kalsium yang diberikan
per oral dan harganya murah.
II. Pemberian
steroid
Peran
Kortikosteroid Dalam Pengelolaan Persalinan Prematur
Proses perkembangan paru-paru janin
Usia kehamilan 7 bulan
keatas, proses percabangan bronkhiolus terus berlangsung bertambah banyak
menjadi cabang-cabang yang lebih kecil, demikian pula percabangan pembuluh
darah bertambah sesuai percabangan yang baru. Kemungkinan proses bernafas dapat
berlangsung bila sel-sel dinding bronkhiolus yang terdiri dari sel epitel
berbentuk kubus berubah menjadi sel
dengan bentuk lebih tipis cenderung mendatar. Sel-sel ini akan mengelilingi
suatu ruang yang dikenal kantung terminal
Pergerakan nafas bayi
terjadi sebelum persalinan dan menyebabkan aspirasi cairan amnion. Pergerakan
ini sangat penting untuk menstimulasi perkembangan paru-paru dan otot-otot dada
untuk membantu proses pernafasan. Pada saat persalinan dan proses pernafasan
dimulai, sebagian besar cairan di paru-paru diserap secara cepat melalui pembuluh
darah dan pembuluh limfe, sebagian kecil dikeluarkan melalui trachea dan
bronchus. Ketika cairan diresorbsi dari kantung alveolar, sisa surfaktan
sebagai lapisan tipis fosfolipid melapisi membran sel alveoli. Udara memasuki
alveoli pada saat menarik nafas pertama, lapisan surfaktan menjadikan permukaan
sel alveoli berkurang ketegangannya.
Surfaktan
sangat penting untuk bayi prematur untuk bertahan hidup. Bila kandungan surfaktan kurang adekuat, terjadi
peningkatan tegangan membran sel epitel alveoli. Tanpa lapisan surfaktan alveoli akan kolaps selama proses ekspirasi
dan terjadi RDS. Pada alveoli yang kolaps ditemukan cairan yang mengandung
tinggi protein, tinggi membran hyaline, dan lamellar
bodies, sehingga RDS dikenal juga sebagai Hyaline membrane disease.
Efek
glukokortikoid terhadap paru-paru janin adalah menstimulasi biosintesis fosfatidilkholin,
suatu fosfolipid utama pembentuk surfaktan. Dosis
yang digunakan adalah 12 miligram intramuskuler, sebanyak 2 dosis. Obat lain
yang sering digunakan adalah deksametason 6 miligram intramuscular sebanyak 4
dosis.
III. Antibiotika
Pemberian antibiotika pada
persalinan tidak dianjurkan karena terbukti tidak dapat meningkatkan luaran
persalinan. Bila terdeteksi adanya vaginosis bakterial, pemberian
klindamisin
IV.Perencanaan
Persalinan
Persalinan perabdominam hanya
atas indikasi obstetri
V. Pemberian
brain protektor
MgSO4 dan prematuritas
Magnesium adalah antagonis non-kompetitif dari reseptor NMDA glutamat Lesi patologis yang paling umum yang terkait dengan cerebral palsy pada bayi prematur adalah cedera materi putih periventrikular. Oligodendrocytes merupakan populasi glial utama dalam materi putih. Reseptor N-metil-D-aspartat asam (NMDA) pada ligodendrosit dianggap penting dalam proses cedera glial. Magnesium sulfat à menghalangi reseptor NMDA, bertindak sebagai antagonis kalsium à mengurangi masuknya kalsium ke dalam sel.
Pencegahan
Persalinan Prematur
a.
Pencegahan Primer
-
Paritas: terdapat kecenderungan peningkatan
kejadian prematuritas dan berat lahir rendah pada nullipara, namun penyebabnya tidak
diketahui pasti, dan tidak dapat dilakukan pencegahan primer
-
Jarak
antar kehamilan
-
Riwayat
pernah persalinan prematur mempunyai kecenderungan
berulang dalam keluarga.
-
Faktor Ras: prematur pada kulit hitam di Amerika Serikat jauh lebih tinggi daripada
kejadian pada golongan kulit putih.
-
Usia ibu: peredaran darah
menuju serviks dan uterus pada remaja pada umunya belum sempurna dan hal ini
menyebabkan pemberian nutrisi pada janin remaja hamil berkurang. Demikian juga
peredaran darah yang kurang pada saluran genital menyebabkan infeksi meningkat
yang akan menyebabkan persalinan prematur meningkat. Nutrisi remaja hamil juga
berperan karena remaja masih membutuhkan nutrient yang akan dibagi pada
janinnya, risiko persalinan prematur juga meningkat pada kelompok ibu hamil
berusia >35
-
Nutrisi yang tidak mencukupi diyakini dapat menganggu pertumbuhan
janin.
-
Suplementasi: zat besi, asam folat, kalsium, magnesium, zinc,
vitamin D, multivitamin, minyak ikan
-
Pertambahan BB selama kehamilan mencerminkan kenaikan jaringan
uterus, plasenta, janin, cadangan lemak ibu, volume plasma ibu dan payu dara, pertambahan
BB ibu yang adekuat menghambat
terjadinya prematuritas, BBLR dan PJT.
-
Nutrien dan oksigen merupakan faktor yang penting bagi fetus, oleh
karena itu kesehatan umum ibu dan perubahan hemodinamik yang mengganggu nutrisi
dan oksigenasi janin akan mempengaruhi luaran kehamilan. Kebanyakan penyakit
medis pada ibu akan menganggu pertumbuhan janin, seperti pada hipertensi
kronis, penyakit paru kronis, asma, penyakit ginjal kronis, penyakit kolagen,
atau anemia sickle cell.
-
Infeksi ibu oleh Rubella, CMV, Malaria, Sifilis, Eipstein Barr
Virus, Varicella, Herpes, sitokin proinflamasi yang memicu pembentukan
prostaglandin.
-
deteksi dini persalinan prematur : Pendidikan ibu, perubahan
serviks, petanda biokimiawi
-
terapi untuk menghambat terjadinya persalinan: bedrest, hidrasi, progesterone, cerclage,
antibiotic, tokolitik
c. Pencegahan tersier
-
merujuk ibu ke pusat rujukan tersier
-
kortikosteroid
-
Pemberian oksigen pada
ibu dan pemberian nutrient lewat cairan amnion atau tali pusat merupakan
intervensi yang telah dicoba di negara maju, namun masih kurang informasinya
dan dibutuhkan penelitian lebih lenjut tentang kegunaannya.
Sumber : Buku Prematuritas UNPAD/RSHS